Senin, 14 Desember 2009

Penerapan teknologi dalam Penyuluhan Pertanian Jepang - Indonesia


Teknologi Informasi sebagai Tenaga Penyuluhan Pertanian di Jepang
Lembaga Penelitian Pertanian Jepang bekerjasama dengan para penyuluh pertanian dalam mengembangkan difusi inovasi teknologi. Para penyuluh bertugas menyampaikan informasi inovasi tersebut kepada para petani agar mengadopsi dan mengadaptasikannya pada kondisi usahatani yang nyata pada wilayah-wilayah pengembangan pertanian.
Penyuluhan ini terfokus pada penerapan inovasi teknologi guna meningkatkan ketersediaan pangan dalam jangka panjang. Kini kegiatan penyuluhan lebih diperluas, mencakup subsektor pendukungnya berupa teknologi maju, pengelolaan kesuburan tanah, pemenuhan kebutuhan finansial usahatani dan lainnya.
Dalam mengakali keterbatasan personalia Penyuluh Pertanian dan keterbatasan finansial pemerintah pusat dan wilayah (perfecture), maka kini di Jepang... memformulasi penyebaran informasi sebagai promosi, mengawali kegiatan penyuluhan dan komunikasi inovasi teknologi, bertumpu pada penggunaan komputer dan teknologi informasi yang lebih efektif dan efisien.
Materi informasinya bukan hanya inovasi teknologi, tetapi juga inovasi kelembagaan, metode penyelenggaraan penyuluhan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya. Pemeran utama dalam hal ini justru bukan semata dari kelembagaan Pemerintah Jepang, melainkan juga dari Organisasi Pertanian Non Pemerintah yaitu Asosiasi Pembangunan dan Penyuluhan Pertaninan Jepang (Japan Agricultural Development and Extension Assosiation).
Assosisasi tersebut telah membangun suatu sistem pertukaran informasi diantara para Pemandu Penyuluhan Pertanian pada setiap wilayah pengembangan, dengan materi kumpulan kasus-kasus Penyuluhan Pertanian yang berbasis pada Program Penyuluhan, informasi tentang Metode Penyuluhan, informasi teknis komoditas yang dikembangkan para petani, dan informasi tentang temuan inovasi teknologi oleh Lembaga Penelitian Pertanian.
Dengan perangkat teknologi informasi, para Pemandu Penyuluhan petanian dapat
dengan cepat mempertukarkan informasi spesfik lokasi ke wilayah pengembangan lainnya. Jaringan komunikasi yang paling populer diterapkan pada tahun 2000 sampai saat ini, sistem diberi nama Jaringan Kerja Informasi Penyuluhan (Extension Information Network) atau isingkat El-Net, dipadukan dengan internet, home page, dan dioperasikan oleh Pusat Teknologi Informasi Jepang.
Dipihak lain pemerintah berperan menggerakkan Penyuluhan Pertanian untuk masyarakat tani dan publik lainnya dengan pelayanan gratis karena biaya yang diperlukan sudah termasuk pembiayaan pemerintah. Dengan sistem penyuluhan demikian itu, lembaga Kerjasama Pelayanan Penyuluhan (Cooperative Extension Services) menyelenggarakan penyuluhan dengan dukungan fiansial pemerintah pusat dan wilayah (perfecture).
Karakteristik pemanfaatan Teknologi Informasi di Jepang, didominasi oleh Lembaga Jaringan Kerja Informasi Pertanian yang bernaung di bawahnya Assosiasi Pembangunan dan Penyuluhan Pertanian Jepang, menempatkan Pemandu Penyuluhan Wilayah sebagai sasarannya. Jaringannya bersifatnya tertutup, ruang lingkup seluruh Jepang, dan melibatkan banyak pihak, yakni (i) Departemen Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, (ii) Pemerintah Wilayah (Perfecture), (iii) Pusat-pusat Penyuluhan, (iv) Lembaga Penelitian Pertanian Nasional, dan (v) Perusahaan publik.
Adapun Home page, jaringan teknologi informasi yang bersifat umum, terbuka dan dapat diakses semua pihak, termasuk petani dan konsumen pertanian, melengkapi jaringan teknologi informasi lainnya.
Bagaimana dengan Penyuluhan di Indonesia?
Penyuluhan Pertanian di Indonesia mulai dilakukan secara intensif sejak awal tahun 1970-an, dengan pendekatan Bimbingan Massal (Bimas) yang mencakup penyediaan sarana pendukung, pengolahan dan pemasaran hasil, serta dukungan finansial di satu sisi, dan menarik dukungan struktur pedesaan progresif di sisi lainnya.
Perangkat kelembagaanya kemudian lebih disempurnakan dengan lahirnya organisasi dan kelembagaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang mulai efektif pada tahun 1978 yang berbasis secara lokal/kecamatan pada setiap Kabupaten/Kota, dan Balai Informasi Pertanian (BIP) yang keberadaannya melayani informasi inovasi teknologi pertanian pada wilayah propinsi.
BPP sebagai home basenya Penyuluh Pertanian, sebagai konsumen informasi, dan BIP sebagai produsen dan pelayan informasi. Peran optimal Penyuluhan Petanian dan perangkat pendukungnya diyakini banyak pakar pertanian telah menyumbang 60% pencapaian swasembada beras kita pada tahun 1984 yang lalu.
Kini di Era Komunikasi Global dimana perangkat Teknologi Informasi berupa internet yang semarak bukan lagi barang asing. Terlebih lagi, perangkat Teknologi Informasi pada tingkat Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengembangan Komoditas Pertanian sebagai penghasil inovasi teknologi pertanian, juga telah memadai.
Di tingkat wilayah saat ini terdapat 30 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), perangkat organisasi Badan Litbang Pertanian yang berperan sebagai penghasil Teknologi Tepat Guna Spesifik Lokasi, sekaligus memberikan contoh diseminasinya, kini juga dilengkapi dengan perangkat Teknologi Informasi. Dengan demikian, perangkat pemerintah pusat dan sumber-sumber inovasi teknlogi, termasuk perangkatnya di wilayah pengembangan pertanian nampaknya siap berperan tanpa hambatan (contoh terbaru lahirnya Website Prima Tani).
Karena itu kin sudah saatnya perhatian dalam Penyuluhan Pertanian tidak hanya bertumpu pada tenaga personalia penyuluh. Upaya penyediaan perangkat Teknologi Informasi juga perlu diarahkan kepada pengguna inovasi teknologi secara lokal kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), yang bersentuhan langsung dengan berjuta petani yang haus akan inovasi teknologi dan rekayasa kelembagaan pedesaan progresif, melengkapi sistem, media dan metode penyuluhan konvensional kita saat ini yang sedang bergelut dengan peningkatan kinerjanya.

1 komentar: